Latest News :
Home » , » KONTROVERSI METALCORE: METAL ATAU BUKAN ?

KONTROVERSI METALCORE: METAL ATAU BUKAN ?

Sabtu, 26 Mei 2012 | 0 komentar

Di berbagai forum internet, hal ini termasuk yang paling sering dipertanyakan, karena kemunculannya pada decade ini begitu deras, dan melahirkan berbagai sikap, termasuk kubu yang paling besar adalah yang bersikap menolak metalcore masuk kategori musik metal.

Ada point penting sebelum membahas hal ini. pertama, musik (metal) bukanlah agama, yang bisa diyakini secara absolut, yang nilai nilai didalamnya tidak bisa dirubah. Musik (metal) adalah kebudayaan, sub-kultur, sama seperti kebudayaan lain. Ia mempunyai sejarah, mempunyai identitas/ ciri khas, mempunyai nilai nilai semangat, dan semua kebudayaan didunia ini berevolusi, berkembang, menyesuaikan diri dengan keadaan, melahirkan kebudayaan baru. Kita hidup di dunia ini telah terbagi kedalam ratusan atau bahkan ribuan kultur/ subkultur yang berbeda, Menghormati kelompok budaya yang berbeda, menghargai nilai nilai yang ada, memungkinkan kita hidup berdampingan dalam keberagaman. Termasuk menghargai para metalheads, yang telah puluhan tahun berkomitmen memelihara semangat juang anti kemapanan yang mereka pegang.

Ada baiknya kita telusuri akar jejak musik metalcore ini sejak awal kemunculannya, untuk kemudian bisa kita kaji, apakah metalcore ini tergolong musik metal atau bukan.

HARDCORE PUNK

Black Flag, Discharge, dan The Exploited, adalah para peracik genre hardcore punk ini sejak tahun 1977-1984, yaitu menggabungkan musik punk yang liar, cepat, & brutal, dengan unsur heavy metal dari Black Sabbath. The Exploited sendiri musiknya terus berkembang hingga era 2000-an ke arah yang lebih ekstrim dengan pengaruh blast beat grindcore ala Napalm Death. Saat itu pula Misfits merilis album Earth AD yang akan menjadi salah satu panutan musik thrash metal. Di masa sekarang, Misfits dikenal memadukan style punk lengkap dengan mohawk dan army boots sekaligus ditambah facepaint dan nuansa horror seperti black metal.

CROSSOVER THRASH

Corrotion of Confirmity, D.R.I , dan Suicidal Tendencies, memainkan musik perpaduan antara thrash metal gaya Metallica & Slayer dengan musik punk hardcore. Selain itu, Cro-Mags menghadirkan gaya perpaduan Bad Brains, Motorhead, & Black Sabbath. Irama breakdown hardcore yang bisa memancing penikmatnya untuk angguk angguk, goyang goyang badan sampai moshing, dikembangkan oleh Agnostic Front pada tahun 1986. ditambah energi berat dari thrash/heavy metal dan nuansa chaotic dari punk, bisa dibilang Agnostic Front inilah yang merintis metalcore.
 Beberapa tahun sebelum kemunculan Beasty Boys, Rage Against The Machine dengan konsep rock rap core nya, di era 80-an ini telah muncul konsep serupa, yaitu penggabungan musik metal dengan rap. Band heavy/thrash metal yang saat ini telah diakui sebagai salah satu dari The Big Four, yaitu Anthrax, menggebrak dengan lagu Bring The Noise bekerjasama dengan rapper Public Enemy. Konsep yang tidak jauh berbeda saat itu dimainkan pula oleh Faith No More dan Ugly Kid Joe, dan lumayan mendapat tempat di kalangan pecinta rock & metal setelah video klip mereka rajin ditayangkan MTV.

METALLIC HARDCORE

Memasuki decade 90-an, Biohazard, Earth Crisis, Shai Hulud, Strife, dan Hatebreed memimpin di garis depan band band hardcore dengan muatan riff yang diinspirasi heavy & death metal. Selain itu, Pantera dan Sepultura dianggap band yang paling bertanggung jawab dalam menurunkan tensi thrash metal yang lebih bisa diterima telinga masyarakat umum, dengan penggunaan breakdown ala hardcore dan minimnya penggunaan mid-paced blast beat khas thrash metal.

NU-METAL

Terinspirasi metallic hardcore, yaitu agar musik keras lebih bisa diterima khalayak , maka metal mulai dicampur aduk dengan beragam genre. Limp Bizkit muncul mengkombinasikan hardcore-metal dengan hip hop lengkap dengan turn table DJ nya. sontak kemunculan mereka diterima oleh dunia komersil, dan kesuksesan mereka diikuti oleh membanjirnya arus tren nu-metal, termasuk munculnya band Linking Park. Selain itu, Korn, Disturbed, Down, Orgy, Creed, Nickelback, Drowning Pools, dan band lain, meraih kesuksesan yang sama, setelah menggabungkan metal dengan musik alternative di pertengahan 90-an hingga akhir 90-an. Ada juga yang mengetengahkan nuansa death metal yang lebih kental ke dalam musik alternative, seperti Slipknot, walau pada album album terbaru mereka terus kehilangan nuansa death metalnya.

Disisi lain, kemunculan penyanyi Avril Lavigne dan Marylin Manson mulai berdampak luas. Penggabungan gaya punk, rock , metal, serta dandanan gothic, mulai menjadi trend fashion dunia. Gaya dandanan gothic rock dengan eyeliner hitam dan berbagai aksesori lainnya ini, lebih lanjut lagi digabungkan dengan fashion ala harajuku , rambut gaya kartun jepang, & berbagai badai trend fashion lainnya. Gaya seperti inilah yang melahirkan fashion baru, yaitu, (fake) emo.

Trend fashion seperti ini segera disambut pihak label besar dengan memunculkan band band alternative pop-punk seperti Blink 182. Sum 41, Fall Out Boys, dan All American Reject. Dari sinilah format metalcore dekade akhir terbentuk.

MELODIC METALCORE

Sejak awal tahun 2000-an, pola trend musik keras dunia mulai bergerak ke arah metalcore. Penggabungan jenis vokal alternative pop-punk dengan elemen musik post-hardcore, ditambah dengan teknik gitar gaya Gothenburg/ melodic death metal dibumbui harmoni melodic punk, melahirkan musik screamo/ metalcore. Band band yang sudah tidak asing lagi di telinga kaum muda di seluruh dunia seperti Avenged Sevenfold, All That Remains, Atreyu, Trivium, Underoath, As I Lay Dying, The Devil Wears Prada, Bullet for My Valentine, dan Bring Me The Horizon, menjadi trend setter yang dimanfaatkan para produser untuk mengeksploitasi unsur unsur metal ke dalamnya lebih banyak lagi. Musik metal yang terlahir dengan semangat anti trend, terus dikorupsi dan dijadikan komoditas jualan yang menguntungkan, dengan dibumbui berbagai gimmick, seperti nuansa gothic, darah, dan satanisme, tanpa memahami esensi sebenarnya dari semua itu.

MELIHAT METALCORE DARI SISI MUSIKALITAS (SUDUT PANDANG KRITIS METALHEADS)

Tidak ada yang salah dengan trend, major label, media besar, komersialisme, dan fashion. Semua itu sah sah saja. Semua orang bebas bereksplorasi bereksperimen dengan seni musik. Juga bukan berarti sub-genre metalcore itu tidak layak untuk muncul. Banyak sekali musisi metalcore yang berbakat dan melahirkan karya karya yang berkualitas. Band muda seperti August Burn Red dan Chelsea Grin termasuk diantara para generasi baru metalcore yang memiliki energi dan musikalitas yang memadai. Juga tidak semua band pure metal itu bagus. Banyak juga musisi metal yang kurang berbakat dan hanya melahirkan karya seadanya. Dan bukan berarti musik metal memusuhi media besar dan komersialisme. Band band metal seperti Metallica, Megadeth, Slayer, Iron Maiden, Cannibal Corpse, adalah juga selebriti MTV dengan bayaran manggung yang luar biasa. Yang menjadikan mereka besar adalah konsistensi, kesetiaan terhadap genre yang dimainkannya, bekerja keras untuk melahirkan karya yang masterpiece, hingga setelah masa berganti, nama mereka terus melekat dan melegenda. Mereka tidak memanfaatkan trend yang ada, mereka setia dengan semangat ke-metal-an mereka.

Yang jadi masalah adalah, ketika sesuatu menjadi trend, maka semua orang ingin melakukannya, meniru, memainkan hal yang sama. Maka buah dari trend adalah, membanjirnya band band lain yang hanya ikut ikutan, tanpa memiliki musikalitas yang memadai, meniru karya karya yang sudah ada, menjadikannya begitu murahan dan menjenuhkan. Trend tidak hanya terjadi di dunia major label. Ketika era 2000-an musik brutal death metal sempat menjadi trend, banyak sekali lahir band band dengan kualitas asal asalan, hanya mengandalkan blast beat, inhale grunting, dan palm muted riffs guitar. Akhirnya yang tedengar dari sekian ratus band hanya bunyi-bunyian berisik yang seragam. Begitu pula ketika sempat black metal menjadi trend pada pertengahan hingga akhir 90-an, terlalu penuh sesak scene ini oleh band band yang hanya mempermalukan musik black metal bermodalkan kemampuan minim. Tudingan tudingan miring, musik berisik tidak jelas, sok satanik-satanikan, berimbas luas, akibat sempat meledaknya musik black metal ini. Bahkan sang vokalis legendaris black metal, Ihsahn (Emperor) sempat mengkritik menjamurnya band black metal di di daratan Eropa sana, yang membuatnya risih menyandang title musisi black metal, karena pemakaian face paint, aksesoris dan gimmick satanisme yang berlebihan tidak ditunjang oleh kualitas secara musikal. Band Emperor sendiri akhirnya meninggalkan gimmick tradisional black metal seperti face paint, pedang , kapak, dan lainnya, dan memilih penampilan lain yang lebih original, selain perubahan struktur musiknya, dari dominasi tremolo pick melodi tradisional menjadi lebih progressive dan berat.
 Inilah yang terjadi dengan musik metalcore sekarang.

Lebih jauh tentang musikalitas, ada beberapa point yang dianggap sebagian kalangan sebagai pemisah antara metalcore dengan musik metal pada umumnya.

Vokal. Teknik vokal scream yang dilakukan musisi metalcore, banyak dianggap sebagai warisan black metal. Oleh karena itu, sangat banyak sekali pecinta metalcore yang membumbui semangat musiknya dengan satanisme, pentagram, 666, dan lain sebagainya. Kenyataannya, teknik vokal scream itu berasal dari punk dan post hardcore, yaitu cara bernyanyi dengan cara menjerit dan berteriak. Pada musik black metal, teknik vokal pada umumnya dikenal dengan sebutan shrieking, schorching, atau screack. Teknik yang dipraksai Quorthon (Bathory) pada tahun 80-an, dan disempurnakan oleh band band black metal lainnya, yang pada intinya terinspirasi oleh suara orang yang kesurupan setan, seringkali dimodifikasi agar lebih dalam ekspresinya dengan nuansa pekikan vampir, geraman kambing, dan lain sebagainya. Selain itu terdapat kesalahan persepsi di mata para pecinta metalcore, yang mengira bahwa musik mereka penuh dengan energi setan, kegelapan, sebetulnya para dedengkot metalcore banyak mengambil tema kristiani. Sebut saja Avenged Sevenfold yang nama band nya diambil dari sebuah frase dalam kitab Injil. Juga Despised Icon yang mengetengahkan tema tema kristiani selain band lainnya. Jadi penampilan gothic, tattoo, dan gimmick lainnya hanyalah tuntutan komersil, agar kemunculan mereka diterima khalayak luas.
Teknik vokal clean metalcore juga berbeda dengan clean vokal metal, heavy metal, power metal, gothic metal, Viking metal, doom metal, yang lebih ke arah klasik/tradisional. Sedangkan vokal clean metalcore lebih ngepop, dipengaruhi punk alternative.
.
Gitar. Pola partitur gitar metalcore pada umumnya berurutan seperti musik pop, yaitu, intro, verse, bridge, chorus, kemudian part fill in/interloud atau kadang diganti dengan breakdown. Penambahan breakdown ini dimanfaatkan major label untuk berpromosi di media , bahwa band mereka beraliran “progressive metal”. Hanya karena bumbu dan sedikit variasi breakdown.
Pada umumnya metalcore menggunakan double guitar, memainkan riff riff sederhana dengan pola skala nada yang sederhana pula. Pada musik metal, pola nada pada umumnya progress, bertingkat. Struktur lagu yang rumit, walau tingkatan kerumitannya berbeda beda. Lagu metal dengan konsep yang sederhana, misalnya Nothing Else Matters (Metallica), sedikit diperdebatkan pula, karena secara keseluruhan album Black milik mereka memang dianggap “sellout”,kacangan, komersil, oleh sebagian kalangan.
Tuning gitar metalcore pada umumnya downtuned, drop D atau drop C, agar terdengar lebih heavy, berat, sangar. Perpaduan permainan downstroke palm muted riffs dan melodi gaya Gothenburg metal, seringkali dibumbui teknik arpeggio, kadang kadang ditambah crosspick. Semua teknik ini diambil dari metal, namun ditambahkan banyak beat breakdown hardcore dan harmoni punk.

Drum. Pada umumnya teknik drum memakai mid-paced blast beat, breakdown dengan gempuran double pedal, dan beat beat groove. Semua merupakan perpaduan dari hardcore dan thrash metal.

 Saat melihat kedalam tubuh musik metal sendiri, yang jelas mendapat pengaruh musik punk dari sisi kecepatan dan kebrutalan, juga musik klasik dari nuansa dan progresi kord, disamping pengaruh musik lain, tapi tidak merubah image musik punk yang tetap punk, musik klasik tetap musik klasik, sebagaimana telah dikenal sebelumnya. Musik metal tidak mengklaim diri sebagai punk atau klasik. Hal ini berbeda dengan metalcore yang telah membiaskan bahkan merusak image musik metal.

 Jika dilihat dari struktur musik dan soul yang ditampilkan, umumnya para metalheads lebih menerima band band semacam Chimaira, Caliban, Walls of Jericho, Gojira, God Forbid, Killswitch Engage, atau Lamb of God sebagai pengusung metalcore, daripada A7X, BMTH, BFMV, Black Veil Bride atau Alesana. Band-band yang saya sebutkan sebelumnya itu, mendapat pengaruh kental terutama dari Pantera dan Sepultura sebagai pionir groove thrash metal.

DEATHCORE

Deathcore merupakan pengembangan lebih lanjut dari metalcore. Yaitu, sama sama mengambil unsur metal (khususnya death metal) dengan breakdown hardcore dan gimmick trend lainnya.
Pada musik deathcore, yang masih menjadi bagian dari metalcore, teknik gitar selain didominasi palm muted riffs, juga penggunaan teknik tremolo pick untuk menambah nuansa brutal. Blast beat drum sangat umum pada musik deathcore ini, yang menunjukan pengaruh besar dari death metal. Juga teknik vokal high pitch pig squeal, low growl, dan bumbu scream ala metalcore. Namun struktur lagunya sangat sederhana, sama seperti metalcore.
Kemungkinan besar sub-genre deathcore ini terinspirasi oleh Dying Fetus, yang menggabungkan unsur brutal death metal, grindcore, dan hardcore. Namun apa yang dipraktekkan Dying Fetus (DF), terutama di album Purification Through Violence, Destroy The Opposition, dan Killing On Adrenaline, sangat berbeda dengan struktur lagu musik deathcore. DF menyusun komposisi musik yang sangat rumit, pergantian irama yang intense, progresi lagu yang aggressive, breakdown yang buas,dipadu hyperblasting drum yang bersahut sahutan dengan irama jazz, dan partitur gitar yang sangat rumit. Semua yang dimilki DF adalah khas metal, khas death metal. Walaupun grindcore lahir dari rahim musik punk, namun outputnya adalah musik brutal death metal, plain METAL.

Banyak kritikus yang mengatakan, bahwa deathcore adalah musisi metalcore yang ingin terlihat & terdengar brutal seperti deathmetal. Salah satu band pionir deathcore, yaitu Suicide Silence, banyak disebut sebagai band miskin skill, memiliki musikalitas pas pasan, hanya menjual image brutal untuk kepentingan komersil, tanpa memahami esensi/ nilai nilai dari death metal yang mereka ambil.

UNDERGROUND = METAL ?

Setelah melihat gerakan yang tidak sejalan antara musik metal dengan trend, apakah bisa dibilang bahwa musik metal sama dengan underground? Ada berbagai pendapat dan perdebatan mengenai hal ini.

Underground adalah sebuah gerakan “bawah tanah”, gerakan yang dimaksudkan untuk memperjuangkan sesuatu yang sulit berkembang bila dijalankan terang-terangan. Ini bisa berarti gerakan musik, gerakan politik, gerakan kepercayaan, kegiatan olahraga ekstrim, bahkan para pembuat buku komik pun banyak bergerak secara underground. Yaitu mengerjakan sendiri segala sesuatu yang diperjuangkan, dari mulai ide awal, proses pematangan menjadi sesuatu, hingga proses publikasi hasilnya, dilakukan sendiri. Banyak alasan untuk melakukan hal ini. Salah satu alasan utama, sulit diterima masyarakat bila dilakukan secara terbuka.

Itulah yang terjadi pada kultur musik metal. Pada awal 90-an, para pecinta thrash metal/ death metal Indonesia berusaha menawarkan demo lagu mereka pada label label rekaman, namun karena pihak label memandang musik seperti itu sulit dijual, mereka diminta merubah konsep lagu/ aliran musiknya menjadi lebih pelan & lirik lagu yang lebih umum agar mudah diterima masyarakat dan dijual. Tentu hal ini tidak sesuai dengan idealisme para metalheads. Akhirnya pilihan jatuh pada gerakan underground. Sesama musisi dari berbagai kota di Indonesia saling menjalin komunikasi, saling mendukung, hingga akhirnya komunitas metal undergroud di Indonesia tumbuh lebih besar. Akhirnya banyak bermunculan indie label di berbagai kota yang siap memproduksi dan mengedarkan karya karya para metalheads Indonesia.

Pada musik metalcore, kultur pop sangat jelas terlihat. Selain pemanfaatan trend fashion harajuku-gothic-punk yang telah menjadi mainstream, bisa kita simak, misalnya pada lagu milik Asking Alexandria atau Black Veil Brides, terdengar jelas nuansa pop-ish, hingga penambahan unsur trance music/groove dance, yang semuanya itu ditujukan agar musik metalcore bisa diterima oleh telinga para pendengar musik pop. Akhir-akhir ini setelah saya menyimak berbagai forum internet dan surfing di Youtube, saya telah menemukan beberapa band metalcore bahkan telah memasukkan unsur unsur musik pop r'n b gaya Rihanna atau Justin Bieber kedalamnya. Bila di umpamakan kedalam makanan, maka musik jenis ini adalah musik cepat saji yang telah ditambah berbagai bumbu penyedap yang gurih dan dipublikasikan dengan jargon jargon gaul, trendi, cool, gahar, gelap, brutal, sekaligus funky.

Namun bukan berarti musisi metal memusuhi major label dan media besar. Musik metal saat ini sudah lebih diterima di sebagian kalangan di masyarakat. Contohnya di kota Bandung, pemerintah kota Bandung telah menjalin kerjasama dengan komunitas metal/ undergroud. Yang terjadi adalah, para musisi metal jenuh dengan anggapan masyarakat pada umumnya, yang mengatakan bahwa metal itu Avenged sevenfold, metal itu metalcore, seperti yang ditulis media media besar , sehingga dengan penuh semangatnya seorang fans berat Avenged Sevenfold mengganggu fan page facebook aliran pop/ rock melayu , memposting status yang merendahkan aliran lain dan menganggap band idolanya yang paling hebat dan paling metal. Atau seorang fans metalcore intense mempropagandakan semangat anti band melodic punk lokal berbakat PeeWeeGaskin, hanya karena berbeda selera musik, sedangkan komunitas melodic punk sendiri tidak memiliki masalah dengan musik bergenre lain, termasuk metalcore. Padahal sudah terbukti pada pemaparan saya di atas, bahwa musik metal yang sebenarnya bukan itu. Telah terjadi pembelokan fakta demi popularitas. Major label dan media besar telah memberikan informasi yang keliru, lebih ekstrim lagi ada yang mengatakan, media besar telah melakukan pembodohan masal.

Ada yang tidak terlalu peduli tentang hal ini, mengatakan bahwa tidak perlu mempermasalahkan tentang aliran musik, itu ada benarnya. Tapi telah saya sampaikan pula di atas, bahwa kitapun perlu menghormati eksistensi kebudayaan yang berbeda. Dalam hal ini, komunitas metal underground. Semua bisa bersama sama berkarya, saling mendukung walaupun berbeda genre, baik itu metal, pop, dangdut, atau aliran lain, tapi tetap menghargai identitas kebudayaan yang berbeda. Ada yang terusik ketika media terus gencar mengeksploitasi kata “METAL” dengan makna yang keliru.

Kesimpulan tentang metalcore, apakah bagian dari metal atau bukan, apakah hal seperti ini harus dipertanyakan atau tidak, akhirnya kembali pada diri sendiri. Sikap saling menghargai, dan yang lebih penting, semangat untuk terus menghasilkan karya yang lebih bagus dan lebih orisinal, tentu patut dikembangkan, hingga genre apapun yang dihasilkan, dia akan menjadi besar, bisa dijual media besar , diterima dengan baik dimata masyarakat. Bukan sebaliknya.

Source:
http://hybridsymbiocide.blogspot.com/2011/05/apa-hubungan-musik-metal-black-metal.html
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Metal Zeen - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger